Antara Qiyamul Lail Dan Shalat Fardhu

5 minutes reading
Thursday, 8 Feb 2024 11:51 0 509 admin

 

KHUTBAH PERTAMA

الْحَمْدَ لِلهِ الْحَمْدَ لِلهِ الذي  نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بالله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلهْ فَلا هَادِىَ لَهُ َأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعدَهُ

اللّهُمَّ صَلِّ  وسلم وبارك على نبينا وحبيبنا محمد وعلى آله وأصحابه وكل من نهج بمنهجه إلى يوم الدين

أيها المسلمون أُوصِيكُم وَنَفسِي بِتَقوَى الله حيث قال تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُون

 

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, marilah senantiasa kita panjatkan rasa syukur kita ke hadirat Allah subhanahu wata’ala,mensyukuri apa yang telah dikaruniakan kepada kita, mensyukuri apa yang telah dianugerahkan kepada kita baik besar maupun kecil menurut kita.

Rasa syukur akan menyampaikan kita pada derajat ‘abdan syakuro (hamba yang banyak bersyukur). Rasa syukur yang akan mengangkat kita pada derajat takwa karena orang yang bertakwalah yang senantiasa mensyukuri nikmat Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan takwa adalah sebaik-baik bekal yang bisa disiapkan manusia bertemu dengan Rab-Nya. Maka bertakwalah karena sebaik-baik bekal adalah takwa.

Ma’asyiral muslimin sidang jama’ah jum’ah rahimakumullah, marilah kita berpikir sejenak mengapa Allah subhanahu wata’ala mengutamakan shalat qiyamul lail bahkan menjadi shalat yang paling utama setelah shalat fardhu.

Untuk memotivasi diri kita agar jangan sampai ketinggalan melaksanakan amal utama marilah kita hitung beberapa perbedaan antara shalat qiyamul lail dan shalat fardhu. Jama’ah shalat jum’at hafizhakumullah, dalam khutbah ini marilah kita hitung perbedaan antara shalat fardhu dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu.

Sesungguhnya shalat fardhu yang Allah wajibkan kepada kita panggilannya adalah adzan yang dikumandangkan oleh seorang muadzin, sedangkan shalat qiyamul lail di sepertiga malam terakhir yang memanggil adalah Allah rabnya manusia. Maka sungguh utama shalat qiyamul lail itu karena panggilannya langsung dari Rab manusia, panggilan dari Allah subhanahu wata’ala.

Ma’asyiral muslimin sidang jama’ah jama’ah rahimakumullah, panggilan shalat fardhu berupa adzan yang bisa didengarkan oleh siapa saja, namun sesuatu yang sudah biasa didengar oleh setiap orang maka akan dianggap biasa saja.

Berbeda dengan shalat qiyamul lail di sepertiga akhir malam, panggilannya hanya akan dirasakan dan didengarkan oleh sebagian orang saja, yaitu orang yang merasa dirinya sebagai hamba dan butuh kepada rabnya.

Segala sesuatu jika banyak dimiliki, banyak yang sudah tahu maka semua akan menganggapnya biasa saja, namun jika sesuatu itu jarang dimiliki, jarang diketahui, jarang didengar maka akan bernilai istimewa dan utama.

Berbahagialah, beruntunglah kita jika kita termasuk manusia yang terpanggil oleh panggilan muadzin dalam shalat fardhu lima waktu juga termasuk dari yang terpanggil oleh panggilan langsung dari Rabnya manusia, panggilan langsung dari Allah subhanahu wata’ala untuk melaksanakan qiyamul lail di sepertiga akhir malam.

Ma’asyiral muslimin sidang jama’ah jum’ah rahimakumullah, bahkan lebih istimewa lagi karena jika panggilan shalat fardhu adalah حي على الصلاة  hayya ‘alas sholah (mari kita kerjakan shalat) حي على الفلاح  hayya ‘alal falah (mari kita raih keberuntungan).

Namun perhatikan wahai ma’asyiral muslimin rahimakumullah, sesungguhnya panggilan untuk mengerjakan shalat di sepertiga akhir malam itu bukan hanya sekedar حي على الصلاة حي على الفلاح namun panggilannya langsung dari Rabnya manusia berbunyi هل من سائل فأعطيته  hal min sailin faa’toytuhu.

Di sepertiga malam akhir Rab manusia turun ke langit-langit dunia kemudian menyeru dengan seruan  هل من سائل فأعطيته  hal min sailin faa’toytuhu (adakah di waktu ini hambaKu yang memohon kepadaku kemudian Aku akan mengabulkannya)

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, bukankah kita sebagai hamba yang lemah dan banyak kebutuhan, bukankah selama ini kebutuhan kita tidak ada yang mencukupi kecuali oleh Allah subhanahu wata’ala.

Perbedaan berikutnya adalah bahwa shalat fardhu itu mayoritas kaum muslimin mengerjakannya, namun shalat qiyamul lail di sepertiga malam terakhir yang mengerjakannya adalah orang-orang mukmin yang benar-benar terpilih oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mampu dan mau dalam mengerjakannya.

Ma’asyiral muslimin sidang jama’ah jum’ah rahimakumullah, shalat fardhu masih sering dijadikan orang-orang sebagai ajang riya’ atau pamer sedangkan shalat qiyamul lail di sepertiga akhir malam itu tidak demikian, shalat qiyamul lail itu dikerjakan pada waktu sepi, sendiri dan dalam rangka untuk Allah subhanahu wata’ala.

Shalat fardhu lima waktu itu terkadang kita lakukan sekedarnya, hanya sekedar memenuhi agar tidak dosa jika tidak mengerjakannya, masih terganggu urusan dunia ketika mengerjakannya, masih terkena was was setan. Tetapi shalat qiyamul lail di sepertiga akhir malam tidak dikerjakan oleh seseorang kecuali ia sudah terputus dari urusan dunia, ia bermunajat menunjukkan bahwa dirinya adalah hamba Allah subhanahu wata’ala.

Perbedaan berikutnya adalah ketika kita memohon dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala setelah melaksanakan shalat fardhu kadang ada doa yang langsung dikabulkan dan terkadang tidak. Berbeda dengan shalat qiyamul lail, doa dan munajat yang kita lakukan seketika akan dibebaskan atau dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala.

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, tidakkah kita ingin mengerjakan afdholus sholah bakda sholatil maktubat (shalat terbaik setelah shalat wajib)? Tidak ingin kah kebutuhan kita setiap hari terpenuhi? Tidaklah kita ingin membuktikan kehambaan kita dengan setelah mengerjakan yang wajib lalu kita tambahi yang sunnah? Bahkan sunnah yang paling utama.

Setelah kita dengar seruan dakwah ini maka hendaknya kita posisikan diri kita di hadapan Allah seperti seorang anak yang masih kecil yang ketika meminta dan belum diberi pasti menangis, merengek dan merajuk agar permohonannya dikabulkan. Hendaknya kita menangis memohon kepada Allah, jika kita belum bisa maka hendaknya kita terus berusaha dan mencoba untuk menangis mengharap kepada Allah subhanahu wata’ala di sepertiga akhir malam.

بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني وإياكم  من الآيات والذكر الحكيم واستغفروا الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب إنه هو الغفور الرحيم

 

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله، الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله

أشهد أن لا إله إلا الله وحده  لا شريك وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي ولا رسول بعده

اللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه وكل من نهج بمنهجه إلى يوم الدين

 فيا أيها المسلمون

Ma’asyiral muslimin sidang jama’ah jum’ah rahimakumullah, sekali lagi pesan takwa kami sampaikan, takwa adalah bekal utama bagi kita dalam mengarungi hidup ini, takwa adalah bekal satu-satunya agar kita mendapatkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”

Dalam sebuah hadits disebutkan:

عن أبي هريرة رضي الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ينزل ربنا تبارك وتعالى في كل ليلة إلى سماء الدنيا حتى يبقى ثلث اليل الآخر فيقول هل من سائل فأعطيته

Ma’asyiral muslimin sidang jama’ah jum’ah rahimakumullah, perkuatlah takwa kita dengan jalan menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala larangan Allah larangan Rasul-Nya.

Ma’asyiral muslimin sidang jama’ah jum’ah hafizakumullah, demikianlah khutbah singkat yang kami sampaikan, semoga Allah subhanahu wata’ala tetap dan selalu memberikan kemampuan kepada kita untuk menjadi hamba-hambaNya yang senantiasa mensyukuri nikmat-Nya dan menjadi bagian dari umatnya yang senantiasa menjaga sunnah-sunnahnya.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللّهُمَّ بَارِك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌَّ

اللهم إنا نسألك يا الله بأن تغيث علينا غيثا مغيثا مريئا نافعا غير ضار

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات

اللهم اغفر لنا ولوالدينا  وارحمها كما ربيانا صغارا

اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك ويا مصرف القلوب صرف قلوبنا إلى طاعتك

رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

سُبْحَٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ  وَسَلَٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِينَ  وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

 

Khatib: Ust. Muzaidi Lc

Editor: Adib R

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories