Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Islam Al Muttaqin

SEJARAH BERDIRI

Latar Belakang

Sowan Kidul adalah desa kecil dan terpencil, jauh dari keramaian kota, berada di wilayah kabupaten Jepara, propinsi Jawa Tengah Indonesia. Rata-rata penduduknya berekonomi lemah bahkan kebanyakan hidup pada garis kemiskinan,  keadaan ini berlangsung hingga tahun 1977 M. Berangkat dari keadaan yang seperti itu, maka fenomenanya adalah:

  1. Banyak orang tua tidak mampu menyekolahkan putra-putrinya ke jenjang yang lebih tinggi –Tsanawiyyah apalagi Aliyah- selepas mereka lulus dari pendidikan tingkat dasar atau madrasah ibtidaiyah.
  2. Kebanyakan warga dukuh Rekesan  (tempat pondok berada )  dan sekitarnya ketika itu kurang memperhatikan masalah ibadah di antaranya; shalat lima waktu, shalat jum’at, menunaikan zakat; dan melaksanakan puasa Ramadhan.
  3. Lebih dari pada itu, mereka juga tidak begitu peduli dan memperhatikan masalah akhlak Islami terutama dalam hal menutup aurat.

Berangkat dari keadaan yang sangat menyedihkan seperti ini tergugahlah empati sebagian tokoh masyarakat dukuh Rekesan yang memiliki semangat dakwah, memiliki kepedulian sosial dan pendidikan demi kebaikan ummat untuk memajukan  pendidikan dan dakwah Islamiyyah. Dengan penuh semangat  dalam dunia dakwah dan pendidikan ummat hingga akhirnya mereka  berhasil mendirikan rintisan madrasah diniyyah sebagai tempat pendidikan anak-anak desa yang tidak sempat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, selepas lulus dari pendidikan dasar atau madrasah ibtidaiyyah,  dan al-hamdulillah semangat dakwah yang sangat baik ini disambut baik oleh masyarakat.

Mereka yang berperan serta dalam pendirian madrasah diniyyah ini adalah:

  1. Sartono Munadi
  2. Muhammad Shohib
  3. Mundhori
  4. Ahmad Bisyri dan
  5. Ahmad Shaleh.

Langkah pertama yang ditempuh oleh para tokoh masyarat tersebut adalah mendirkan madrasah diniyyah.Siswa yang belajar di madrasah diniyyah menempuh pendidikannya selama enam tahun dengan waktu belajar di malam hari dan bertempat di masjid dukuh Rekesan. Bahkan masjid tersebut sebagai pusat seluruh kegiatan semua siswa madrasah.

Al-Hamdulillah, Kiyai Sartono Munadi dengan didukung oleh para  pemuda dan remaja dukuh Rekesan, madrasah diniyyah tersebut mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan; yakni waktu belajarnya beralih ke siang hari setelah beberapa tahun menjalani waktu malam hari. Tepatnya, dimulai dari jam 13.00 WIB hingga jam 17.00.WIB.

Semua ini dipilih dan diputuskan semata-mata untuk mengefektifkan dan meningkatkan proses pendidikan dan pengajaran.   Hanya sayangnya, meski sudah mengalami sedikit kemajuan’ madrasah tersebut tetap belum memiliki gedung sendiri, melainkan masih meminjam gedung madrasah ibtidaiyyah “Raudhathus Shibyan” milik yayasan lain. Dan keadaan ini berjalan hingga empat tahun berikutnya.

Berdirinya Pondok Pesantren Islam “ Al-Muttaqin”

Seiring perjalanan waktu, hari berganti bulan dan bulan berubah tahun. Berkat  pertolongan Allah swt kemudian azam yang kuat, semangat dan tekad yang hebat serta cita-cita yang tinggi dari para pengasuh, pembina, ustadz dan seluruh wali murid yang senantiasa mengharapkan putra-putrinya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Madrasah Diniyyah Sore (kami menyebutnya seperti itu ketika itu) semakin berkembang dan mengalami kemajuan, meskipun tetap belum memiliki gedung sendiri sebagai pusat pendidikan dan pengajaran yang kami jalankan.

Gedung, adalah problem utama yang selama ini merepotkan para pengasuh dan selama itu pula sulit mencari solusi dan cara penyelesaiannya. Intinya, bagaimanakah caranya supaya bisa mendapatkan bantuan dana untuk membangun gedung sekolah. Namun mereka tetap tidak putus asa, melainkan tetap semangat dan ber-azam kuat serta terus bedo’a hingga akhirnya Allah mengabulkan do’anya.

Setelah mendengar bahwa pondok hendak membangun sebuah gedung, seluruh penduduk kampung yang sejak awal menyambut gerakan dakwah ini dengan senang dan penuh semangat dari para bapak, para pemuda, anak-anak hingga para ibu, mereka bergotong-royong dan bantu-membantu dalam mendirikan gedung pondok pesantren yang telah lama diimpikan. Dengan pertolongan Allah Ta’ala, akhirnya gedung pondok pesantren yang dirindukan berhasil dibangun dan  pada tahun 1988 M pondok pesantren Islam “ Al-Muttaqin” resmi didirikan.

Setelah gedung pesantren berdiri, beliau Kyai  Sartono Munadi kembali berfikir bagaimana caranya bisa menghadirkan santri dari luar daerah. Mengingat ketika itu yang belajar di pondok tersebut hanyalah putra-putri desa semata. Dengan menyebarkan brosur di  majalah-majalah, hingga awalnya ada 2 santri dari Kudus dan 1 santri dari Temanggung datang untuk belajar di pondok Al-Muttaqin. Al-Hamdulillah, seiring berjalannya waktu, hari, bulan dan tahun Pondok Pesantren Islam al Muttaqin semakin mendapat sambutan dari masyarakat tidak hanya dari Jawa Tengah saja namun juga dari luar Jawa Tengah.

Hingga sekarang jumlah santri sudah mencapai ratusan anak yang datang dari Jawa dan luar Jawa.