Makna Ujian

6 minutes reading
Thursday, 16 Feb 2023 23:07 0 824 admin

KHUTBAH PERTAMA

 

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهدى الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له

أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي ولا رسول بعده

اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون حيث قال تعالى

يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون

يأيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما

يأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساءا و اتقوا الله الذي تسائلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا

فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار

 

Ma’asyiral muslimin jamaah jum’ah rahimakumullah, marilah kita panjatkan rasa syukur kita ke hadirat Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan kepada kita limpahan nikmatnya, nikmat yang sangat banyak sehingga kita tidak akan mampu untuk menghitungnya dengan cara apapun.

 

Kita syukuri nikmat-nikmat yang telah Allah berikan itu dengan menggunakannya untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika kita mensyukurinya maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

 

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

 

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

 

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang istiqomah dalam menjalankan ajarannya hingga hari kiamat.

 

Sebagai khatib tak lupa kami berwasiat kepada diri kami khususnya dan seluruh jamaah umumnya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala menjadi takwa yang sebenar-benarnya. Kita tingkatkan dengan menjalankan seluruh perintah Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi seluruh larangan-Nya.

 

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

 

وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ

 

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS. Al Baqarah: 197)

 

Kita harus ingat bahwa kita hidup di dunia ini bukan sekedar untuk hidup kemudian mati, tapi kita hidup di dunia ini adalah untuk berbekal demi menghadapi hari akhirat. Dan sebaik-baik bekal adalah takwa.

 

Ma’asyiral muslimin jamaah jum’ah rahimakumullah, kita adalah termasuk dari orang-orang yang telah mengikrarkan diri beriman dengan rukun iman yang enam itu, tapi kita jangan sampai menjadi lalai dan mengira bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak akan menguji kita. Karena bahkan sunnatullah adalah menguji hamba-hamba-Nya yang beriman, untuk membuktikan apakah keimanannya itu benar ataukah hanya dusta belaka. Bahkan umat terdahulu pun juga diuji seperti ini oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

 

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ  وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ

 

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (2) Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (3) (QS. Al Ankabut: 2-3)

 

Para ahli tafsir banyak menyebutkan asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) pada ayat di atas, di antaranya adalah yang disampaikan oleh Abu Hasan Al Mawardi mengutip yang disampaikan Qatadah:

 

“Ayat ini turun berkenaan dengan penduduk Makkah yang berhijrah ke Yatsrib mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya tapi mereka diuji oleh Allah berupa hadangan orang-orang musyrik agar kembali ke Makkah hingga akhirnya mereka menyerah dan kembali ke Makkah.”

 

Ad Dhahak berkata: “Ayat ini turun terkait Abbas bin Abi Rabi’ah, saudara seibu Abu Jahal, setelah masuk Islam ia ditangkap dan disiksa oleh Abu Jahal hingga akhirnya ia terpaksa mengucapkan kalimat kekufuran karena begitu beratnya siksaan yang ia hadapi.”

 

Ibnu Abi Hakim berkata: “Ayat ini turun tentang sebuah kaum yang masuk Islam sebelum adanya kewajiban jihad dan zakat, setelah kewajiban jihad dan zakat turun maka mereka pun merasa berat, lalu turunlah ayat ini kepada mereka.”

 

Dari ayat dan riwayat di atas bisa kita simpulkan bahwa orang-orang yang beriman tetap akan diuji oleh Allah subhanahu wata’ala, maka kita tidak boleh lalai sehingga merasa sudah beriman tidak akan diuji, jangan sampai ketika diuji kita tidak sabar dan su’udhon (berprasangka buruk) kepada Allah subhanahu wata’ala, atau bahkan lebih buruk dengan memakai Allah, menanyakan keadilan Allah dan kerahiman-Nya.

 

Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah, hal-hal di atas adalah ujian dari Allah subhanahu wata’ala yang berbentuk musibah. Tapi perlu diingat bahwa ujian bentuknya bukan hanya musibah, ada rupa ujian yang lain yang lebih dahsyat yaitu yang berbentuk ujian kenikmatan.

 

Ujian kenikmatan bisa berbentuk pangkat kedudukan, anak keturunan yang banyak, harta yang melimpah dan kenikmatan-kenikmatan yang lain. Sebagaimana ujian kenikmatan yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada nabi Sulaiman ‘alaihis salam.

 

Beliau diuji dengan pangkat kedudukan tinggi sebagai raja, memiliki banyak rakyat dan pengikut, bahkan pengikutnya bukan hanya dari golongan manusia saja, ada yang dari golongan jin, binatang, bahkan angin pun menjadi pengikutnya.

 

Beliau sukses dengan ujian tersebut, beliau menyatakan bahwa semua itu adalah anugerah dari Allah, yang mengujinya apakah ia akan bersyukur ataukah akan kufur. Namun manusia seperti nabi Sulaiman ini tidaklah banyak karena kebanyakan manusia ketika diuji dengan kenikmatan akan menjadi lalai dan kufur terhadap nikmat dari Allah subhanahu wata’ala tersebut.

 

Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah, ujian-ujian yang Allah berikan itu selain untuk menguji keimanan hamba apakah imannya benar ataukah dusta. Ujian-ujian yang Allah berikan itu juga mengandung berbagai hikmah yang jika kita sabar maka kita akan mendapatkan berbagai keutamaan. Di antara hikmah-hikmah itu adalah:

 

Hikmah pertama: Ujian itu adalah pembuktian iman.

 

Sebagaimana disampaikan di awal bahwa banyak orang yang menyatakan beriman namun baru sebatas pernyataan ucapan dari mulutnya. Dengan ujian musibah inilah akan terlihat apakah ia tidak sabar sehingga ber su’udhon kepada Allah ataukah ia akan sabar sehingga itu membuktikan keimanannya.

 

Hikmah kedua: Ujian adalah salah satu wujud cinta Allah kepada kita.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضى ومن سخط فله السخط

 

“Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum maka Ia akan menguji mereka, barangsiapa ridho (terhadap ujian) maka baginya ridho (dari Allah) tapi barang siapa yang murka (terhadap ujian) maka baginya murka (dari Allah)”(HR. At Turmudzi)

 

Hadirin jamaah jum’ah rahimakumullah, kemudian

Hikmah ketiga: Ujian adalah seleksi untuk menaikkan derajat.

 

Ujian dengan berbagai macamnya itu pada hakikatnya adalah cara Allah untuk meninggikan derajat keimanan manusia. Jika ingin derajat kita tinggi maka kita harus kuat ketika diuji, sebagaimana nabi Ayyub ‘alaihis salam yang diuji oleh Allah dengan ujian yang sangat berat; harta kekayaan yang melimpah tiba-tiba habis, anak yang banyak satu persatu meninggal dunia, badannya yang sehat tiba-tiba sekujur badannya penuh dengan koreng hingga istrinya pun meninggalkannya.

 

Nabi Ayyub ‘alaihis salam sabar dalam menjalani semua itu maka Allah subhanahu wata’ala berfirman:

 

نِعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

 

“Ia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya),” (Shaad: 30)

 

Hikmah keempat: Sebagai balasan atas kezhaliman yang pernah dilakukan kepada sesama.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam be sabda:

 

“Kezhaliman ada tiga macam; Pertama kezhaliman yang tidak Allah biarkan (Allah membalasnya di dunia), Kedua kezhaliman yang akan Allah ampuni, Ketiga kezhaliman yang tidak akan diampuni. Kezhaliman yang tidak akan diampuni adalah perbuatan syirik kepada Allah, Kezhaliman yang diampuni adalah perbuatan dosa kepada Allah selain syirik, dan Kezhaliman yang tidak biarkan adalah kezhaliman seorang hamba terhadap sesama manusia.”

 

Hikmah kelima: Dihapuskannya kesalahan dan dosa

 

Seorang hamba yang diuji oleh Allah kemudian ia bersabar maka dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya akan dihapus oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga ia kembali kepada Allah dalam keadaan bersih dari dosa dan kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

 

 

 

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل الله مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين

 

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله حمدا كثيرا كما أمر وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي ولا رسول بعده

اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

عباد الله أوصيكم ونفسي أولا بتقوى الله فقد فاز المتقون

 

Akhirnya marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala

 

إن الله وملائكته يصلون على النبي يأيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم في العالمين إنك حميد مجيد

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات

اللهم لا تدع لنا ذنبا إلا غفرته ولا هما إلا فرجته ولا دينا إلا قضيته ولا مرضا إلا شفتيه ولا حاجة من حوائج الدنيا والآخرة إلا قضيته يا أرحم الراحمين

ربنا هي لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين و اجعلنا للمتقين إماما

ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا

ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا

ربنا ولا تحملنا ما لا طاقة لنا به واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

سبحان الله رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين

 

 

 

Khatib : Ust. Hasyim

Editor : Adib

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *