Tanda Lemahnya Iman

8 minutes reading
Thursday, 9 Dec 2021 02:26 0 903 admin

 

KHUTBAH PERTAMA

 

إن الحمد لله ، نحمده ونستعينه ونستغفره ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم باحسان إلى يوم الدين

عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ:

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah

Segala puji hanyalah milik Allah ta’ala yang telah memberikan limpahan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua, nikmat yang sangat banyak sehingga jika kita tidak mampu untuk menghitungnya. Allah ta’ala berfirman:

وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها

“Jika kalian mencoba menghitung nikmat Allah tentu kalian tidak akan mampu menghitungnya”

Oleh karena itu marilah mensyukuri nikmat Allah itu, syukur dengan hati kita, syukur dengan lisan kita kita ucapkan alhamdulillah, juga syukur dalam perbuatan kita dengan menggunakan nikmat yang telah Allah karuniakan tersebut untuk melaksanakan amal ketaatan kepada Allah ta’ala.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Jamaah shalat jumat rahimakumullah

Kami wasiatkan kepada diri kami dan juga jama’ah sekalian dengan wasiat yang sangat mulia. Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala, Mari pegang teguh syari’at-syari’atNya. Mari tunaikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kita sebagai hamba Allah ta’ala dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada bekal yang dapat menyelamatkan kita dari siksa api neraka kecuali dengan bekal iman dan takwa kita kepada Allah ta’ala.

Ketahuilah, seburuk-buruk umat adalah umat yang suka melanggar syariat-syariat Allah ta’ala. Seburuk-buruk umat adalah umat yang tidak mau taat kepada Allah ta’ala.

Jamaah shalat jumat rahimakumullah

Kita semua tahu dan yakin bahwa iman dapat bertambah dan berkurang. Iman akan bertambah ketika kita melakukan amal ketaatan, dan akan berkurang ketika kita melakukan kemaksiatan dan dosa.

Segala sesuatu memiliki tanda-tanda, begitu pula melemahnya iman seseorang tentu ada tanda-tandanya. Bahkan sangat banyak sekali. Tanda-tanda lemahnya iman ini harus kita pahami dengan baik. Selalu kita ingat. Selalu kita jadikan bahan muhasabah diri setiap hari.

Dengan mengenali tanda lemahnya iman, kita berharap kepada Allah ta’ala agar kita mampu mengendalikan diri kita, sehingga kita memiliki kesempatan untuk menjaga iman kita.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Lalu apa saja tanda lemahnya iman dalam diri seseorang?

Pertama: Malas beribadah bahkan cenderung meremehkannya

Tanda lemahnya iman yang paling mudah dikenali adalah adanya rasa malas untuk beribadah kepada Allah ta’ala. Bahkan yang lebih serius lagi adalah meremehkan amal ibadah tersebut. Terutama ibadah nafilah atau tambahan.

Persis seperti firman Allah ta’ala dalam menyebutkan beberapa sifat orang munafik

وإذا قاموا إلى الصلاة قاموا كسالى

“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas” (QS. An Nisa’: 142)

Malasnya seseorang untuk beribadah, tumbuh dari sikap kurangnya rasa peduli terhadap hukum dan keutamaan ibadah tersebut. Hingga akhirnya, ia mulai meremehkan kedisiplinan dalam waktu pelaksanaannya, seakan-akan ia sudah tidak berharap mendapatkan pahala dari Allah ta’ala.

Tanda lemahnya iman berupa malas dalam beribadah ini, bisa berupa menunda pelaksanaan haji padahal sudah mampu, menunda pelaksaan shalat wajib padahal tidak ada udzur, dan bermalas-malasan mendatangi shalat Jumat padahal dalam kondisi longgar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا يزال قوم يتأخرون عن الصف الأول حتى يؤخرهم الله عز وجل فى النار

“Tiada henti-hentinya suatu kaum mengakhirkan dari shaf pertama sehingga Allah mengakhirkan mereka dalam neraka.” (HR. Abu Daud No. 679)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kedua: Melakukan maksiat dan dosa.

Jika diri kita sudah mulai merasa ringan untuk bermaksiat dan berbuat dosa, bisa jadi iman kita sedang melemah.

Seseorang yang terlalu sering berbuat maksiat lama kelamaan perjuatannya itu akan menjadi kebiasaan. Jika sudah jadi kebiasaan, otomatis ia akan merasa berat untuk meninggalkannya. Secara perlahan rasa takut dan kesadaran bahwa itu adalah perbuatan dosa pun akan hilang dari hatinya. Hingga pada akhirnya ia akan mulai berani melakukan perbuatan dosa itu secara terang-terangan.

Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

كل أمتى معافى إلا المجاهرين، وإن من المجاهرة أن يعمل الرجل بالليل عملا، ثم يصبح وقد ستره الله، فيقول يا فلان    عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربه ويصبح يكشف ستر الله عنه

“Semua umatku dimaafkan kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan dosa di waktu malam hari, kemudian ketika pagi dia berkata (kepada orang lain), ‘hai fulan, tadi malam aku melakukan ini dan itu!’ padahal di waktu malam Rabnya telah menutupinya (yaitu tidak ada orang yang mengetahuinya), namun di waktu pagi ia membongkar tirai Allah terhadapnya (yaitu menyampaikan kepada orang lain).” (HR. Al-Bukhari No. 6069; HR. Muslim No. 2990)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Ketiga: Tidak merasa marah jika melihat syariat dilanggar

Tanda lemahnya iman berikutnya adalah tidak adanya rasa marah ketika menyaksikan pelanggaran terhadap syariat. Baik berupa pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan atau pelanggaran terhadap aturan-aturan syariat yang lain.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab ghirah di dalam hatinya telah padam, sehingga anggota tubuhnya tidak mampu lagi mengingkari pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat tersebut. Bahkan mimik wajahnya pun, tidak berubah sama sekali. Ini merupakan tanda bahwa imannya sedang lemah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إذا عملت الخطيئة في الأرض كان من شهدها فكرهها )وقال مرة( أنكرها، كان كمن غاب عنها، ومن غاب عنها فرضيها، كان  كمن شهدها

“Jika ada satu kemaksiatan dikerjakan di muka bumi, maka orang yang melihat lalu membencinya,” dalam riwayat lain, “lalu ia mengingkarinya, ia seperti orang yang tidak melihatnya. Sedangkan bagi orang yang tidak melihatnya, namun ia ridha dengan kemaksiatan tersebut, maka ia seperti orang yang melihatnya.” (HR. Abu Daud No. 4345)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Keempat: Menilai sesuatu hanya dengan standar dosa atau tidak, tidak peduli dengan makruh.

Seseorang yang menilai sesuatu hanya dengan dosa atau tidak, serta tidak peduli jika yang dilakukan hukumnya makruh, maka itumerupakan tanda lemahnya iman.

Contohnya

Ada sebagian orang yang ketika hendak melakukan suatu pekerjaan, ia tidak bertanya tentang pekerjaan yang baik. Tapi yang ditanyakan adalah apakah pekerjaan ini menjurus kepada dosa atau tidak, haram atau cuma makruh saja?

Kondisi seperti ini dapat menyeret dirinya kepada syubhat dan perbuatan-perbuatan yang dimakruhkan. Lama kelamaan menjurus kepada hal-hal yang diharamkan.

Kenapa bisa begitu? Karena pelakunya tidak menjaga dirinya dari melakukan perbuatan yang dimakruhkan atau pekerjaan yang syubhat meskipun memang tidak diharamkan

Seperti yang pernah digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه، ألا وإن لكل ملك حمى، ألا وإن حمى الله محارمه

“Seperti pengembala yang mengembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkanNya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kelima: jarang membaca Al Quran dan zikir

Sudahkah kita melazimi membaca Al Quran tiap hari? Berapa sering kita berzikir mengingat Allah ta’ala? hanya setelah shalat saja kah? atau setelah shalat pun tidak berdzikir dan langsung keluar masjid?

Kita harus waspada saudara-saudaraku, karena lalainya kita dari membaca Al Quran adalah merupakan tanda iman kita sedang lemah.

Orang yang imannya kuat adalah orang yang selalu mengingat Allah ta’ala. Di mana pun dan kapan pun. Ia memiliki semangat untuk selalu mengkaji makna di balik ayat-ayat Allah ta’ala. Artinya, ia sering dan rutin dalam berinteraksi dengan Al Quran.

Sebaliknya, orang yang imannya lemah adalah orang yang paling lalai dari mengingat Allah ta’ala. Jangankan mengingat makna dibalik ayat-ayat Al Quran, membacanya saja ia tidak, berzikir saja jarang.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Keenam: Gila pengakuan, pujian, hormat, dan ketenaran

Kalau diri kita sudah mulai merasa nyaman dan sangat menikmati pujian orang, sangat menikmati ketenaran, sangat menikmati pengakuan dari orang lain, tanpa diiringi ketakwaan kepada Allah ta’ala, maka kita harus mulai waspada. Sebab itu semua adalah tanda lemahnya iman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan kita :

إنكم ستحرِصون على الإمارة وستكون ندامة َيوم القيامة فنعم المرضعة وبئست الفاطمة

“Kalian akan rakus terhadap kepemimpinan, padahal kepemimpinan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat, ia adalah seenak-enak penyusuan dan segetir-getir penyapihan.” (HR. Al Bukhari No. 7146)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah mengingatkan kita tentang hakikat kepemimpinan dan jabatan,

إن شئتم أنبأتكم عن الإمارة وما هي؟ أولها ملامة، وثانيها ندامة، وثالثها عذاب يوم القيامة إلا من عدل

“Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu? Pada awalnya ia adalah cela, keduanya adalah penyesalan, ketiganya ia adalah azab di hari kiamat, kecuali pemimpin yang adil.” (HR. At Thabarani No. 132 dalam Mu’jam Al Kabir, 18/71)

Dalam riwayat lain beliau juga bersabda,

من سره أن يمثل له عباد الله قياما، فليتبوأ بيتا من النار

“Barang siapa suka jika hamba-hamba Allah bangkit berdiri untuk dirinya, maka ia akan menempati rumah dari api neraka.” (HR. Al-Bukhari No. 977 dalam Al-Adab al-Mufrad, 339)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Ketujuh: Tidak peduli dengan urusan kaum muslimin

Tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, hanya mementingkan urusannya sendiri adalah salah satu tanda lemahnya iman. Sikap ini terwujud dalam banyak hal.

Ketika ada saudara muslim yang tertimpa musibah, ia cuek tidak mau menolongnya padahal mampu, tidak mendoakannya, bahkan justru menjelek-jelekkannya. Ini adalah tanda lemahnya iman.

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن المؤمن من أهل الإيمان بمنزلة الرأس من الجسد، يألم المؤمن لأهل الإيمان كما يألم الجسد لما في الرأس

“Sesungguhnya kedudukan orang mukmin dalam bagian orang-orang beriman itu laksana kedudukan kepala pada badan, ia akan merasakan penderitaan yang menimpa orang-orang beriman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena rasa sakit di bagian kepala.” (HR. Ahmad No. 22877)

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْب ، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

 

KHUTBAH KEDUA

إنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُوَنَسْتَغْفِرُه،  و نعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهود الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له

أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Tanda lemahnya iman yang Kedelapan adalah: Tidak tergugah untuk beramal demi kepentingan Islam dan kaum muslimin

Tidak tergugah hatinya untuk beramal untuk kepentingan islam dan kaum muslimin. Tidak mau berusaha berkontribusi, tikut andil pada hal-hal yang menyangkut kepentingan Islam dan kaum muslimin.

Bekerja hanya bertujuan mencari harta untuk kepentingan pribadi, hanya untuk menambah harta pribadi, membangun rumah yang megah, membeli kendaraan di luar batas kebutuhan. Memiliki kelebihan kemampuan fisik dan skill hanya digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Sama sekali tidak ada yang dialokasikan untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin.

Ini semua adalah tanda lemahnya iman. Sangat jauh berbeda dengan karakter para salaf yang rela mengorbankan apa yang dimilikinya demi Islam dan kaum muslimin.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kesembilan: berlebihan dalam urusan duniawi

Tanda lemahnya iman yang kesepuluh adalah berlebihan dalam urusan duniawi. Jika kita merasa berada pada batas kelebihan dalam urusan makan dan minum, pakaian, jalan-jalan, dan gaya hidup kita, makan harus makan yang mahal, minum harus ada warnanya, beli baju harus mahal, beli sepatu harus bermerek terkenaln, beli kendaraan harus yang mahal, maka kita perlu interospeksi diri. Ini merupakan tanda lemahnya iman.

Orang yang sudah terjebak dalam sifat berlebihan pada urusan duniawi, maka ia akan sulit keluar tanpa hidayah Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan kepada Mu’ad bin Jabal ketika ia diutus ke yaman untuk berdakwah

إياك والتنعم، فإن عباد الله ليسوا بالمتنعمين

“Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah!” (HR. Ahmad No. 22105)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Itulah sembilan tanda lemahnya iman seseorang yang sangat perlu untuk kita ketahui dan ingat. Semoga Allah ta’ala selalu menjaga diri kita dari berbagai hal yang dapat melemahkan iman kita kepadaNya.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا ، يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ، ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهم إنا نعوذ بك من جهد البلاء ، ودرك السقاء ، وسوء القضاء ، وشماتة الأعداء

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

والحمد لله رب العالمين

Oleh: Ust. Adib

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *