Cara Allah Menyadarkah Hamba-Hambanya

3 minutes reading
Friday, 18 Jun 2021 09:51 0 375 admin

Ketika sebuah omongan atau nasehat sudah tidak mempan lagi, maka sebuah tamparan pada saat yang tepat dapat mendatangkan kesadaran.

Pada saat seseorang dalam keadaan kacau, lupa diri atau sedang mabuk. Sebuah tamparan dibutuhkan untuk menyadarkannya.

Dalam acara “Hitam Putih” di Trans7 yang dipandu Deddy Corbuzier. Di akhir acara ia menutup dengan sebuah kisah:

Seseorang yang sedang mengendarai mobilnya tiba-tiba terkejut dengan lemparan batu yang hampir memecahkan kaca mobil, si pengendara terkejut dan marah. Bergegas berhenti mencari pelempar batu tersebut, ditemuinya seorang anak tanggung yang masih menggenggam batu. Tidak salah lagi. Pasti itu pelakunya, dengan marah si pengendara menanyakan alasan mengapa anak tersebut melempari mobilnya.

Anak itu bercerita. Bahwa ia terpaksa melemparkan batu untuk menghentikan kendaraan yang lewat, karena ketika mencoba menghentikan dengan lambaian tangan. Tidak ada yang peduli sama sekali. Sementara ia sangat membutuhkan pertolongan untuk membawa adiknya yang sedang sekarat ke Rumah Sakit.

Seketika pengendara itu sadar saat melihat ada seseorang yang sedang tergeletak di pinggir jalan, tanpa banyak bicara dan melupakan amarahnya. Si pengendara segera membawa anak yang sedang sekarat itu ke Rumah Sakit terdekat. Akhirnya anak tersebut tertolong. Selamat!

Dalam kehidupan ini. Adakalanya kita perlu sebuah tamparan. Baik secara fisik, amarah, atau kritikan untuk disadarkan dari kesalahan.

Adakalanya dengan kata-kata lembut atau nasehat tidak cukup untuk menyentuh hati dan menggetarkan jiwa kesadaran kita yang tertidur. Jujur saja, kita ketika sedang tertimpa musibah sebagai teguran seringnya kita hanya fokus ke musibah itu sendiri tanpa merenungkan apa penyebab dan hikmah dari musibah itu.

Jadi tindakan keras atau amarah tidak selamanya bernilai negatif. Seperti sering kita dengar atau kita yang mengatakan sendiri. Bahwa Tuhan adakalanya meminjam bencana dan penderitaan untuk menyadarkan manusia dari kekhilafannya.

Dalam perjalanan hidup. Saya yakin di antara kita pernah mengalami secara nyata. Bahwa sebuah tamparan atau amarah dapat membuat seseorang terdiam dan tertunduk untuk menyadari kesalahan yang sebelumnya tidak disadari.Bahkan seseorang yang mengerti dengan kesalahan yang dilakukan. Rela untuk menampar dirinya sendiri agar tersadarkan. Bahkan  tamparan yang keras yang seperti itu  juga akan menjadi peringatan bagi orang lain yang melihatnya.

Intropeksi Diri

Penting bagi kita setelah mendapat hikmah dari apa yang menimpa kita untuk melakukan intropeksi, kita tidak mungkin menginginkan untuk ditampar kedua kalinya.

 “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka memohon ampun.” (QS Al-Anfal: 33)

Sempatkan sejenak bermain hitung-hitungan. Antara amal baik dan amal jelek, manakah yang lebih banyak kita lakukan? Seberapa taatkah diri kita? Jika hasilnya adalah lebih banyak amal-amal buruk maka kita sangat pantas untuk mendapat tamparan agar kita tersadar dari kelalaian kita.

Teguran keras seperti ini malah akan lebih membekas pada diri kita, dan harusnya kita merasa beruntung karena selain mendapat teguran agar kembali musibah yang menimpa kita juga akan menjadi penghapus dosa kita, berbeda dengan istidraj.

Ketika suatu bencana melanda, jangan sampai kita yang tidak terkena bencana merasa bahwa kita selamat karena kita lebih baik daripada mereka yang dilanda bencana. Kita harus selalu merasa khawatir kalau-kalau Allah justru memberikan istidraj kepada kita, yakni menunda siksa atas diri kita karena Allah ingin menyempurnakan siksa tersebut kelak di akhirat. Tidakkah kita lihat betapa banyak para pelaku kemaksiatan dan kejahatan yang justru hidup dengan enak dan bergelimang kemewahan? Itulah istidraj yang harus senantiasa kita waspadai. (rif)

Wallahu a’lam

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories